Ada yang ngetweet, seru buat gue komentari tapi gue nggak
niat buat mendebat ybs jadi gue nggak japri, ini gue tujukan buat elo yang
setuju sama tweet do'i. Fair kan? So let's check what he said:
1. Felix Siauw mengupas perpacaran dari segi agama. Ya
emang, pacaran itu bukan suatu gaya hidup yang religius.
2. Sulit untuk mencocokkan pacaran dengan nilai-nilai agama.
Sebab jika terjadi kontak fisik, tentu itu bertentangan atau istilahnya, dosa.
3. Gue nggak religius, bukan juga anti-pacaran. Gue hanya
sekadar pro-kebebasan. Kalo konsep pacarannya bikin nggak bebas, ya gue nggak
pro. ;)
4. Simple-nya, kalo lo orang yang religius (apalagi pake
banget), ya udah seharusnya tidak pacaran. Sebab tidak ada perintah untuk
pacaran.
5. Tapi kalo lo nggak religius, dan lo pacaran, pastikan lo
menemukan konsep pacaran yang cocok sama diri lo.
6. Felix Siauw meninjau adanya kerugian di perpacaran dari
segi kontak fisik. Secara agama, dia betul. Sebab dosa itu merugikan kita.
7. Kalo soal ditinggalkan pacar, itu bukan bentuk kerugian.
Bukankah ditinggalkan orang yang tidak tulus sama lo itu keuntungan? ;)
8. Gue setuju-setuju aja sama pacaran, sebab berpacaran itu
kebebasan. Kan di sini belum ada undang-undang yang melarang atau
mengesahkannya.
9. Soal having fun di dalam perpacaran, ya memang pacaran
itu having fun. Jika ada yang lebih dari having fun, itu ada di pernikahan.
10. Lo nggak bisa protes sama peraturan agama, hanya karena
peraturan itu mengusik kenikmatan lo. Akui saja kalo di mata agama, lo salah.
;)
11. Masalah kontak fisik, di luar peraturan agama, itu hak
dan tanggung jawab masing-masing pribadi. Kasarnya, itu bukan urusan gue.
12. Secara agama, hidup itu hanya antara benar dan tidak
benar. Kalo antara baik dan tidak baik, itu tergantung dari mana kita memandang
hidup.
13. Tapi secara umum, yang merugikan itu ya yang terpaksa,
yang dipaksa. Jika dasarnya sama-sama mau, rugi itu sudah jadi urusan
masing-masing.
#ngelapingus Gue harus mulai dari mana ya? Hm... oke
bismillah. Nggak akan dikomentari secara parsial karena ini konsepnya harus
menyeluruh.
Kita mulai dari buku Felix Siauw sendiri yang berjudul
#UdahPutusinAja. Jangan komentar tentang buku itu kalau lo cuma baca tweet dari
@felixsiauw, namanya buku ya pasti banyak penjelasan yang nggak bisa dijelaskan
hanya dalam 140 karakter. Isinya buku itu sudah cukup sederhana untuk
dimengerti bahwa 'kalau mau mulia salah satu caranya ya jangan pacaran'.
FELIX SIAUW MENGUPAS
PACARAN DARI SEGI AGAMA.
Gue kasih kejelasan, agama yang dimaksud adalah Islam. Jadi,
apa yang ditulis FS itu buat ummat Islam. In other word, yang bukan Islam
jangan ke-GR-an :3, lagian gue nggak ngerti agama lain selain Islam. Gue
sebenarnya bingung mau komentar apa, karena menurut gue si do’i ada miss
understanding dengan ‘kebebasan dan agama’.
“Sulit untuk mencocokkan pacaran dengan nilai-nilai agama.
Sebab jika terjadi kontak fisik, tentu itu bertentangan atau istilahnya, dosa.”
Sampai sini gue setuju tinggal tambahin sedikit: selain kontak fisik juga ada
kegelisahan hati, pikiran, yang bikin nggak fokus dalam ibadah (note: dalam
Islam semua kerjaan yang diniatkan buat Allah itu nilainya ibadah).
“Gue nggak religius, bukan juga anti-pacaran. Gue hanya
sekadar pro-kebebasan. Kalo konsep pacarannya bikin nggak bebas, ya gue nggak
pro. Simple-nya, kalo lo orang yang religius (apalagi pake banget), ya udah
seharusnya tidak pacaran. Sebab tidak ada perintah untuk pacaran.” Nah ini yang
akan jadi main topic dari komentar (super panjang) gue: Religius dan nggak religius.
Sehingga kalau dihubungkan dengan tweet pertama adalah begini:
----Pacaran itu nggak boleh kalau dilakukan oleh orang yang religius----
Terdengar seperti “super quote of the year” ya? Mungkin
sekilas elo pada setuju, tapi kenapa nggak kita teliti lagi tentang Islamnya?
Btw, yang baca ini orang Islam kan? :p
Islam itu sistem yang menyeluruh, saking menyeluruhnya elo
ke WC pun ada Islamisasinya: masuk pakai kaki kiri, baca do’a, nggak boleh
menghadap kiblat tanpa pembatas, sampai cebok pun diatur pakai air atau batu
bentuk segitiga. Gue belum pernah nemu satu ayat Al Qur’an yang bilang aturan dalam Islam dikhususkan
hanya buat orang religius karena kalau iya elo pun akan bingung untuk apa Rasul
diperintahkan menyebarkan Islam sampai elo sekarang beragama Islam. Maka,
ketika kolom agama KTP elo tulisannya Islam ya elo harus ngikutin apa yang
diperintahkan Islam suka atau benci, mau atau nggak. Jadi, FS ini menyampaikan
satu dari aturan Islam tentang pacaran. Nggak peduli lo religius atau nggak kenyataannya
Islam yang bilang itu, bukan FS, dia hanya ustad yang menyampaikan.
DITINGGALKAN PACAR BUKAN KERUGIAN JUSTRU KEUNTUNGAN
“Kalo soal ditinggalkan pacar, itu bukan bentuk kerugian.
Bukankah ditinggalkan orang yang tidak tulus sama lo itu keuntungan? ;)” Ini
abu-abu banget dan kayaknya miss understanding dengan isi buku FS. Gue baca
satu surel tentang seorang cewek yang dirayu cowoknya buat ngasih ML, setelah
sadar cewek tadi nolak untuk ngasih yang keempat akhirnya si cowok ninggalin
dia. Nah dari situ FS bilang kalau ini adalah salah satu dari kerugian pacaran,
ditinggalkan setelah kehormatan diambil. Apa do’i komentar ini? Nggak nyambung
kan? Bukan ‘ditinggalkan’ yang bikin cewek tadi rugi, tapi ‘diambil
kehormatannya’. Gue bingung, jujur!
YANG PENTING BEBAS
“Gue setuju-setuju aja sama pacaran, sebab berpacaran itu
kebebasan. Kan di sini belum ada undang-undang yang melarang atau
mengesahkannya. Soal having fun di dalam perpacaran, ya memang pacaran itu
having fun. Jika ada yang lebih dari having fun, itu ada di pernikahan.” Do’i
nggak pro pacaran tetapi juga nggak pro agama. Do’i juga nggak anti pacaran
tetapi juga nggak anti agama. Do’i pro kebebasan dan anti ketidakbebasan. Udah
itu aja. Sayangnya, kalau lo Islam lo nggak bisa bebas pakai versi do’i karena kebebasan
lo pakai parameter Allah.
“Lo nggak bisa protes sama peraturan agama, hanya karena
peraturan itu mengusik kenikmatan lo. Akui saja kalo di mata agama, lo salah.
;) Masalah kontak fisik, di luar peraturan agama, itu hak dan tanggung jawab
masing-masing pribadi. Kasarnya, itu bukan urusan gue. Secara agama, hidup itu
hanya antara benar dan tidak benar. Kalo antara baik dan tidak baik, itu
tergantung dari mana kita memandang hidup.“ Di sini ada titik kritis. Simak
lagi apa yang udah gue komentari tadi tentang lo yang beragama Islam. Thanks to
do’i yang dengan tweet ini mengantarkan gue pada satu simpulan cantik.
Premis 1: Lo nggak bisa protes sama peraturan agama, hanya
karena peraturan itu mengusik kenikmatan lo. Akui saja kalo di mata agama, lo
salah
Premis 2: Pacaran dalam agama itu salah
Simpulan: Kalau lo pacaran ya lo salah (religius atau tidak
aturan ini berlaku karena aturan Islam berlaku untuk semua muslim)
“Tapi secara umum, yang merugikan itu ya yang terpaksa, yang
dipaksa. Jika dasarnya sama-sama mau, rugi itu sudah jadi urusan masing-masing.”
Kalau lo dan pacar lo nekat ya kalian berdua sama-sama rugi, tetapi bukan cuma kalian
yang rugi. Orang tua, saudara, teman2, pokoknya mereka yang ada di sekitar lo
akan kecipratan dosa kalau lo sampai terjerumus dan mereka nggak ngingetin lo.
Udah segitu aja komentar gue. Mohon maaf lahir dan batin,
gue saranin baca buku #UdahPutusinAja ada di Gramedia cover warna pink. Di sana
penjelasannya udah banyak. Hatur nuhun… kami bicara karena kami cinta, love,
peace, and gaul :v
0 komentar:
Posting Komentar