Jumat, 06 Februari 2015

Antara Pen Tablet dan Oven







Blogging tengah malam, kalau ketahuan Juragan bisa diomelin :D (maapin Neng, Bang)

Berawal dari rasa penasaran gimana caranya bikin empek-empek enak seperti yang dijual tetangga. Saya browsing resep, ketemu dengan satu blog milik ibu-mbak (maksudnya ibu-ibu tapi masih muda). Kayaknya resepnya meyakinkan, saya coba deh beli bahan-bahan dan dipraktikkan. Alhamdhulillah, hasilnya lumayan meskipun enggak sama persis dengan resep (di resep pakai ikan tenggiri 1 kg, saya cuma pakai 500 gram, habisnya ikan mahal banget, sekilo 65rebu T_T).



Karena kecocokan resep ini saya jadi semakin penasaran dengan blog ibu-mbak tadi. Jadilah mengaktifkan kepo no jutsu. Saya scroll down blog-nya sampai posting paling awal, yaitu tahun 2009. Hm, tahun segitu saya masih aktif menulis fanfiction, masih belum jadi 'orang' (sekarang juga belum, sih). Xixixi. Ibu-mbak tersebut sekarang tinggal di Korea bersama putri dan suaminya yang sedang melanjutkan pendidikan. Yang bikin saya agak ge-er ternyata beliau pernah tinggal di Tangerang (ya terus???).

Kepingiiiiiin banget coba resep baking-nya yang WOW, tetapi ada aja kendala alat yang enggak dipunya. Lewat dulu deh resep kue, lanjut cari masakan berat. Eh, banyak yang enggak tahu bentuk bahan-bahannya. Dari sinilah saya kepikiran sesuatu yang mungkin enggak penting banget buat sebagian orang. Saya jadi mikir, selama ini suamiku cuma kumasakain makanan a la kadarnya, aku aja bosen tapi kok dia diem aja aja ya? Kok dia enggak pernah minta yang aneh-aneh ya? Kemarin empek-empek yang aku niatkan buat dia sebetulnya enggak terlalu enak, tapi dia tetap doyan.

Udah deh, setelah kalimat di atas selesai saya tulis, mata ini berkaca-kaca. Huaaaaaa. Langsung ingat, setelah menemukan passion di bidang seni, saya jadi terlalu fokus sama mimpi. Saya bermimpi ingin punya perlengkapan menggambar tradisional yang lengkap (copic, kuas, pensil, kertas, cat air), saya ingin punya banyak teman yang sehobi, saya ingin meningkatkan kemampuan dalam ilustrasi, bahkan tahun ini saya tekadkan menyelesaikan komik dan Juragan selalu mengingatkan target harian. Tetapi, saya justru lupa untuk memberikan pelayanan kepadanya. Lupak sama yang wajib. Aaaaaaak... enggak kuaaaat...

Enggak bermaksud menyalahkan impian sendiri, sih. Heu. Saya sudah mencari-cari ini sejak lama. Ketika teman-teman TK, SD, SMP, SMA, bahkan kuliah sudah memiliki cita-cita yang jelas, saya masih harus meraba-raba, arep dadi opo koe? Dari guru, apoteker, dokter, ilmuwan, sampai astronot pernah saya impikan. Tetapi saya sadar, semua itu hanya demi sebuah penyakit yang kita kenal dengan GENGSI (halah). Di keluarga besar pun enggak ada tuh yang namanya Mengejar Impian. Definisi sukses adalah ketika seorang anak lulus kuliah dan menjadi PNS bidang pendidikan atau kesehatan (apapun jurusannya). Yah, menstrim kayaknya.

Beberapa bulan setelah menikah, baru saya benar-benar yakin mau menjadi apa, melihat jelas impian-impian yang dulu hanya ditulis karena gengsi dengan teman kos yang mimpinya tertempel di kamar. Semua enggak terlepas dari motivasi ogah-ogahan Juragan. Tanpa kata, hanya perbuatan. Dia enggak ngerti tentang seni tetapi dia terus mendukung dengan membelikan senjata seharga hape android (makanya dulu telat banget punya android). Setelah itu saya fokus sama mimpi pribadi, saya lupa kalau setiap minggu dia makan menu yang sama: capcay-ayam goreng-sambel terong-orek tempe.

Saya juaraaaaang banget bikinkan dia kue (sekali aja, donat, dan itu gagal). Perlengkapan di dapur juga enggak nambah-nambah setelah dua tahun. Saya mikirnya, buat apa beli perlengkapan dapur lengkap, enggak masak yang aneh-aneh ini. Sekarang saya tahu, enggak masak aneh-aneh karena memang enggak niat masak. Hiks... masak cuma untuk mengenyangkan, enggak ada unsur entertain buat pasangan, padahal membumbui rumah tangga dengan hal-hal macam ini penting banget. Benar-benar enggak sebanding sama cara dia menghibur saya dengan nonton, belanja alat gambar, dan makan di D'cost :D

Setelah merenung, menjelang tidur (tapi enggak bisa), saya rikues sama Juragan untuk diantar belanja ke supermarket besok. In syaa Allah mulai berbenah, mengatasi krisis identitas sebagai ummahat (yang selalu diingkari). Oh ya, Juragan orangnya enggak mau ribet, kalau ada yang mau diomongin ya omongin aja, jadi kayaknya kalau disuruh baca blog istrinya bakal nolak. Heu. Padahal daku orangnya susah buat komunikasi verbal. Yah, apapun itu, semoga penyesalan ini dapat tersampaikan nantinya.

Akhirnya, ada tambahan di wish-shopping list selain beli pen tablet baru dan copic marker:
- beli blender
- beli oven
- beli mixer 
- beli dandang baru (bukan baru, emang enggak punya >_<)

dan skill selain bisa gambar  full traditional art:

- bisa bikin kue
- bisa bikinin jus segar buat Juragan setiap hari

AAMIIN!!! XDDD

4 komentar:

  1. juragan nyaa kalem *ikhikkkk
    nanti kalo bikin kuenyaa sukses kirim ke lampung kakk :D

    BalasHapus
  2. Mbak meira... bisakah berbagi alamat email? sya ingin dimotivasi oleh mbk meira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh mahap baru bales orz, udah berapa bulan ini T_T

      email saya meiraernawati@gmail.com

      Tapi gak salah tuh minta motivasi sama saya? :v

      Hapus