Senin, 02 Februari 2015

'Bergerak atau Tergantikan', Kenyataan yang Terlambat Disadari



*bersihin sarang laba-laba*

Ceritanya dalam setengah bulan terakhir ini saya 'dipinang' buat merapikan database sebuah komunitas (kegiatan kek gini bikin muhasabah tiap hari sambil lihat kondisi rumah yang jadi jalan raya mister kecoa dan saudaranya).

Sekarang mah banyak banget komunitas nganu tempat dukung-mendukung untuk teman-teman yang baru 'berhijrah'. Dari hashtag menjadi gerakan, eaaa. Kemajuan teknologi yang bersifat netral cenderung menjadi positif kalau efeknya seperti demikian. Heuheu.

Tren ini pun sebenarnya secara tidak langsung mematahkan argumen andalan Aa A dan Teteh B ketika hendak meninggalkan jamaah dakwah pasca kampus;


"Kami tidak diberdayakan lagi. Tidak ada tempat yang membutuhkan kontribusi kami."


Kemudian terjadilah fenomena 'hilang bak ditelan bumi'. Beberapa bulan setelah wisuda tidak pernah muncul dalam diskusi daring, diundang dalam temu alumni pun tidak datang. Jika ada seribu aktivis dakwah kampus yang seperti itu, sudah berapa banyak wasilah dakwah kosong? Err... enggak kosong, sih, karena dalam waktu singkat sudah ada da'i-da'i baru yang lebih bersemangat. 

Di awal saya sudah singgung sedikit tentang betapa mudahnya komunitas kebaikan terbentuk karena pengaruh kemajuan teknologi. Meskipun demikian, pengalaman selalu memberi kejujuran. Komunitas-komunitas ini biasanya akan mudah berkembang sekaligus jatuh. Keterbatasan sumber daya manusia adalah faktor yang paling memengaruhi. Walaupun para founder memiliki segudang ilmu dan pengalaman, jam terbang mereka tidak mengizinkan untuk memikirkan hal-hal detail satu-dua komunitas. Selain itu, para anggota yang sekalipun sedang membara, mereka tetap 'hijau' dalam pengalaman organisasi. Tak jarang, masalah sepele yang bisa diselesaikan oleh satu orang aktivis dakwah kampus akan memakan waktu berhari-hari jika dikerjakan oleh mereka. Di sinilah titik kritis itu. Mereka yang terlalu mudah melepaskan diri dari tanggung jawab dakwah karena beranggapan;

"Kami tidak diberdayakan lagi. Tidak ada tempat yang membutuhkan kontribusi kami."

sebenarnya sangat dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan komunitas-komunitas kebaikan yang diisi oleh para pemain baru. Mereka hanya tidak sabar untuk berusaha. Padahal kalau memang punya kemauan keras untuk terus berdaya guna, akan selalu ada jalan, selalu ada tempat untuk mengabdi. Xixixi.

Pada akhirnya, 'bergerak atau tergantikan' bukan lagi kalimat penyemangat, melainkan sebuah kenyataan yang terlambat (bahkan tidak sempat) disadari. Mereka yang pergi bukan karena Allah akan digantikan oleh hamba-hamba-Nya yang lain, bahkan lebih baik. Karena hakikatnya, dakwah tidak pernah membutuhkan kita tetapi kita yang membutuhkan dakwah.

Ada satu pepatah mengatakan (saya lupa dari mana sumbernya :( );


"Katakan YA, maka kamu akan berusaha menggunakan 1001 cara. Katakan TIDAK, maka kamu akan sibuk mencari 1001 alasan"

0 komentar:

Posting Komentar