Rabu, 24 Juli 2013

Ortu Udah Setuju, Tapi Ceweknya yang Nggak Mau

bukan foto saya yaaa :D
Bulan ini usia pernikahan kami tepat enam bulan. Yah kerennya kita sebut middle anniversary (pret). Berasa cepat banget, entah sudah berapa banyak tangan saya mencuci pakaian laki-laki asing itu (tsaaah). Enam bulan yang fantastis, kalau dihitung sudah ada tiga gelas dan satu piring yang pecah. 
Gelasnya mah karena ketendang atau dipecahin tikus pas kami lagi sowan ke rumah ortu. Kalau piringnya saya jatuhin pas lagi nyuci, pura-pura ngambek biar disayang-sayang manja. Ulala. :D

Meskipun baru enam bulan alkhamdhulillah perbedaan sudah mulai disamarkan, karena tidak mungkin dihilangkan. Proses adaptasi itu luar biasa memang. Jangankan menyesuaikan dengan orang lain, kadang dalam diri sendiri ada beberapa hal yang harus diadaptasi antara hati dengan pikiran. So, wajarlah kalau di awal pernikahan sering ribut. Tetapi jangan sampai ribut-ribut kecil terus dipelihara hingga subur dan berakhir pada perpisahan yang mengerikan. Alkhamdhulillah Islam sudah menuntun para pemeluknya untuk selalu dewasa dalam segala hal khususnya berumah tangga. Antara hak dan kewajiban masing-masing pihak (suami dan istri) telah diatur dengan pas. Itulah mengapa Rasulullah SAW sangat menganjurkan kita untuk memprioritaskan agama dalam memilih pasangan hidup.

Menikah itu ibadah, maka dalam perjalanan setelahnya pun ibadah. Ibadah juga sejatinya tidak akan mulus dijalani, selalu ada ujian yang disandingkan sebagai batu loncat ketaatan kepada Sang Kholiq. Lulus tidaknya seseorang dalam ujian ini akan memutuskan apakah dia bisa atau tidak menikmati ibadah-ibadah dari Rabb-nya.  Bentuk ujian bermacam-macam, ada ketika proses dan setelah proses. Kemudahan proses pernikahan tidak berarti seseorang tidak akan diuji lagi dan kesulitan proses bukan tidak mungkin akan ada ujian lagi di depan. Jangan berputus asa, karena ujian itu tanda bahwa Allah ingin ita selalu mengingat-Nya.

Alkhamdhulillahirobbil'alamiin, semakin banyak rekan-rekan yang serius ingin mendekatkan diri dengan Allah SWT. Seorang teman lama yang terkenal easy going dan ca'ur mendatangi kami berdua. Mula-mula ia menanyakan kabar dan hal seru-seruan, mengenai alasan menikah muda. Obrolan semakin lama semakin menjurus, ternyata teman kami itu ingin menikah. Katanya dia sudah merasa kenyang dengan dosa pacaran selama ini, dia ingin taubat dengan pilihan tinggalkan atau nikahi, maka dia memilih untuk menikahi pacarnya. Masyaa Allah, saya senyum-senyum senang mendengarnya.

Nah, ujian itu rupanya sudah datang di awal waktu. Pacar (cewek) teman kami justru belum mau menikah. Suami saya menganjurkan untuk mendatangi orang tuanya kalau memang serius. Eh, siapa sangka bahkan dia sudah meminta izin ke orang tua pacar untuk menikahi putrinya dan dipersilakan saja kalau memang sudah siap. Wow, sungguh laki-laki pemberani, beda dengan jomblo sebelah sana yang galau tiap hari di beranda sosmed minta nikah tapi nggak berani ketemu camer, hi hi.

Yah, inti dari obrolan itu adalah bahwa teman  kami ini sungguh-sungguh ingin menikah, sudah ikhtiar tetapi calonnya yang belum mau menikah. Kalau bahasa gaulnya sih, digantungin. Hi hi, ternyata nggak selamanya pihak cowok yang doyan menggantungkan hubungan. Untuk menjawab curhatan tidak ada yang bisa kami sampaikan kepada teman kami tadi selain berdo'a, memohon agar pernikahan itu dipermudah oleh-Nya.

Cuma itu? Yups, cuma do'a

Pernikahan hubungannya dengan manusia seperti calon mertua, calon istri, orang tua, bahkan diri sendiri. Manusia memiliki hati yang memengaruhi pikiran dan tindakan. Jangan meminta kepada manusia agar mengubah hatinya, tetapi memintalah kepada Sang Pemilik Hati itu, Allah SWT. Jadi, ketika maksud diri sudah disampaikan dengan baik maka sebagai pelengkap yang tidak boleh ditinggalkan adalah meminta pertolongan pada Allah, apalagi ini bulan keberkahan yang insya Allah tiap doa yang ma'ruf akan dikabulkan.

Pernikahan memang bukanlah tujuan hidup, namun kita harus tetap serius dalam menuju dan menjalaninya.

0 komentar:

Posting Komentar