Sabtu, 15 Juni 2013

Cara Elegan Bermedsos Ria

Jangan sekali-kali kita menjadi pribadi yang sukanya menyalahkan keadaan tanpa mau memperbaiki. Ibarat kata nih, mengumpat kegelapan tiada ujung tanpa mau menyalakan lilin. Siapa sih yang tidak mulai jengah dengan maraknya budaya alay di dunia ini. Apa-apa dipublikasikan, mau makan apa difoto, mau pergi ke mana dibagikan, lagi mikirin apa disebar, lagi ngapain dipamerin. Ini semua terjadi karena media itu semua ada, siapa lagi kalau bukan media sosial (medsos). Tapiiiii, lagi-lagi saya katakan di awal paragraf ini bahwa janganlah kita menjadi pengumpat sejati tanpa berbenah dan berusaha 'mengelegankan' kondisi yang sudah alay parah ini.


Masalah kemudhorotan medsos tak perlu berdebat lagi ya, sudah jelas itu mah, hilangnya privasi seseorang dan semakin terbiasa seseorang untuk menjadi 'ahli komentar' padahal hal demikian sangat tidak baik, seperti kisah sahabat yang ditegur Rasulullah karena berkomentar yang tidak penting pada rumah seseorang di pinggir jalan. Sekarang ini pun kondisi justru membuat orang sering berkomentar karena disediakannya kolom komentar. Tak hanya itu, caci maki yang semula Rasulullah larang kini menjadi hal yang sangaaaaat wajar (apalagi kalau sudah masuk cyber army). Celakanya lagi medsos ini memang seperti dirancang untuk memantau aktivitas muslim oleh para musuh Allah. Na'udzubillahimindzalik.

Namun sekali lagi, sampai sekarang label kesempurnaan manusia tetap melekat selama belum ada makhluk super lebih dari kita ini berarti kita sendiri yang dituntut memperbaiki kondisi alay ini. Sungguh kita telah menjadi manusia kufur nikmat jika tidak menggunakan akal kita. Bismillah ya Allah...


Cara Pandang Kita pada Medsos

 Jika dirasa Anda hanya menemukan keburukan di medsos ini maka saran saya hanya satu: TINGGALKAN. Termasuk tinggalkan artikel ini karena ini hanya diperuntukkan bagi orang yang masih mau belajar dan menentang rasa takut. Pret. Maksud saya, jika Anda sudah cukup dengan pemahaman mengenai fatwa menggunakan medsos, ya silakan pada putusan Anda untuk tidak menggunakan lagi. Kan sudah punya prinsip sendiri :P. Nah, saya sendiri memiliki sudut pandang bahwa medsos ini alat yang seperti pisau bermata dua. Kita harus cari alat untuk menutup mata satunya agar tidak melukai kita karena saya yakin mata satunya bisa sangat bermanfaat. Mengenai manfaat medsos ini juga butuh keyakinan, Anda yakin atau tidak kalau medsos memberi manfaat?! Kalau tidak ya sudah kalau ya ya mari :D. Saya mencoba mengambil untung saja ya. Kalau Barat menginvasi kita dengan medsos agar lebih buruk ya kita balik saja, kita gunakan alat mereka untuk menyerang balik, menggunakan medsos sebagai alat propaganda dan dakwah serta sumber informasi global dan jaringan. Jika medsos mampu membuat satu orang ketinggalan sholat jamaah ya kita gunakan untuk mengajak seribu orang untuk sholat jamaah. Jika kita menghabiskan uang dua juta untuk beli telepon pintar maka kita gandakan puluhan kali lipat dua juta tadi untuk bantuan kemanusiaan di Palestina dan Suria dari fasilitas jarkomnya. Menarik kan?

Buat Karakter Akun

Akun medsos tidak sama dengan manusia, karena saya menemukan banyak fakta bahwa akun yang terkenal sangar di medsos ternyata dikelola oleh seseorang yang sangat santun dan ramah. Iya sih ini tidak bisa dijadikan standar yang pas. Lagipula kita memang diperintahkan untuk selalu santun dan ramah. Yang saya maksud adalah walaupun isi celoteh si akun tentang politik terus bukan berarti dia hidup untuk politik, walaupun isi celoteh akun tentang motivasi bukan berarti hidupnya tidak pernah dilanda masalah. Karakter akun ini diperlukan agar orang-orang tidak berpikir hidupmu selalu diumbar di medsos. Saya tawarkan pilihan karakter, mau ala filsuf yang kerjaannya memikirkan setiap kejadian, mau ala negarawan yang terus berbicara soal kenegaraan, mau ala ustadz yang selalu berisikan dalil-dalil naqli, atau mau ala idol yang setiap apa yang dilakukan selalu update! Mhihi... Tapi kalau saya pribadi karakter akun saya ala manusia biasa yang selalu ingin berbagi hikmah (bagi orang yang mampu menangkap dan berprasangka baik) dan pemikiran (bagi orang yang mau memikirkan). Kalau ada yang mau menganalisa celoteh-celoteh saya pasti akan nemu polanya, kadang ngomongin politik, kadang ngomongin urusan rumah tangga (yang banyak salah sangka kalau saya mengumbar urusan dapur, mhihihi, padahal nggak niat lho lagian suami saya selalu saya tanyain kalau mau berbagi soal rumah), tapi yang paling sering sih masalah politik. Kenapa? Biar orang-orang sekitar saya tahu kalau saya minat di politik dan pernah jadi wakil menteri bidang politik. Pret nggak penting.

Imbangi Antara Apa 'Yang Dipikirkan' dengan 'Yang dikerjakan'

Jujur yaaaa, ada dua kriteria yang membuat saya kagum pada orang. Pertama karena aktivitasnya yang banyak dan dia mampu menjalaninya, kedua karena apa yang dia pikirkan atau gagasan yang ia miliki pada suatu permasalahan atau argumen (karena argumen adalah bukti bahwa seseorang berpikir, halah). Ini memang tidak bisa dijadikan standar bagi Anda namun setidaknya ini saya tinjau dari keberterimaan kalangan cadaisme (orang-orang overthinker yang kadang ilfeel dengan akun yang kebanyakan curhat gaje). Boleeeeeh sekali Anda menulis tentang kegiatan Anda yang luar biasa agar dapat dijadikan pelajaran, sangat boleh. Tetapi jika itu yang selalu Anda lakukan tanpa pernah Anda memberikan argumen itu akan membuat Anda secara otomatis terlabeli sebagai orang alay (apa-apa ditulis dan seketika itu para sepuh online akan berkomentar 'so what gitu sama urusan lo'). Terlalu banyak aktivitas berpikir tanpa menunjukkan kegiatan juga akan meragukan kualitas kemanusiaan karena tak mungkin manusia hanya berpikir ala filsuf tanpa bekerja. Saya jamin akan indah ketika Anda mampu mengimbangi itu, kadang berargumen kadang bercanda tentang aktivitas akan membuat akun Anda lebih berkualitas dan elegan. Du du du du du
Contoh:
A: Seharian PKL sampe capek nih badan, mana besok masih PKL lagi. Semangaaaaat...
B: Aku heran sama orang-orang yang sering foto makanan sebelum makan. Buat apa coba? Latihan buka toko kuliner online?
Bayangkan kalau tipe A atau B dilakukan sepanjang umur akun. Kita butuh variasi dan penyeimbangan kan?

Hindari Terlalu Puitis

Akun Anda bukan kumpulan puisi digital. Terlalu sering menggunakan kata-kata yang mendayu-dayu akan membuat orang jengah dan tidak tertarik pada tulisan Anda. Ah pasti kopas, ah pasti sok puitis, dan seterusnya. Kadang menulis sesuai dengan apa yang kita ucapkan itu lebih mengena daripada terlalu sering berpuisi. Bayangkan saja ada seseorang yang selalu meluncur kata-kata bak Chairil Anwar.

Marah yang Berseni, dan Lebih Baik Jangan Marah!

Tahaaaaaan Mei, tahan. Tahan untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang diramu dari sekilo cabai rawit dan merica bubuk (baca: pedas). Seiring dengan bertambahnya kedewasaan (ahmasa) saya pun berusaha untuk mengola rasa marah yang sangat ingin saya tuangkan melalui tulisan yang bisa dibaca siapapun. Tujuannya? Biar puas. Ha ha ha. Kalau dulu saya marah ya langsung saja saya tulis di dinding facebook, bodo amat dengan kata-kata yang akan menyakiti orang lain yang membaca atau membuat diri tersindir. Sekarang kalau mau begitu ya malulah! Ingat umur dan status kegadisan. Pret lah. Makanya setelah belajar olah emosi saya jadi nemu satu cara marah tanpa marah (?) alias nyinyir. Nyinyir adalah seni marah yang paling populer saat ini di mana ada kombinasi antara amarah dengan kemampuan jurnalistik yang melahirkan mahakarya lawakan tapi penuh sindiran. Biasanya ditemui di akun-akun sepuh onliner. Yang alay nggak akan bisa bikin beginian, mereka akan cenderung frontal kalau marah. Sebenarnya marah elegan ini ditujukan agar Anda tidak mudah terpancing emosi (sebenarnya sih emosi tapi yaaaa jangan frontal-frontal amatlah).

Jangan Terlalu Serius

Medsos hanya alat, bukan bagian dari kehidupan nyata yang harus diperjuangkan sampai mati. Termasuk saat tersinggung (untuk masalah selain agama), jangan anggap seriuslah. Semakin banyak kita menganggap serius semua persoalan akan buat kita stres. Tidak terlalu serius juga dapat melahirkan prasangka baik. Contoh saat kita tersinggung dengan komentar orang dalam hati kita berkata, "Ah, si A hanya bercanda nih." Simpelkan... kalau kata suami saya "Biasa aja, ngapain lebay." Ha ha ha ha

Pilah Pilih Urusan Privat dan Publik

Foto-foto close up bukan termasuk urusan publik ya! Saya punya definisi khusus untuk dua kata ini. Urusan privat adalah urusan yang tidak penting jika orang lain tahu sementara publik sebaliknya. Silakan pilih sendiri mana yang privat untuk tidak mudah diumbar... :D


Yaaaaak.... demikian, ini hanya tips sesat yang lebih baik dipikirkan dulu sebelum diamalkan (?)...  yuk jadi onliner yang elegan.
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar