Rabu, 24 April 2013

Hijab Itu Rezeki

Berhijab itu rezeki. Bisa jadi kita dekat dengan hijab, ada di lingkungan yang menjaga hijab, memiliki fasilitas hijab, sayangnya hampir seluruh hidupnya tidak pernah memakai hijab, inikah yang berarti hijab belum menjadi rezeki baginya? Sebaliknya, meskipun tak pernah sekalipun mengetahui makna hijab dan kedekatan dengan hijab, seseorang bisa saja dengan mudah mengenakan hijab karena hatinya terpanggil, rezeki hijab ini jatuh pada orang itu. Maka sudah sepantasnya muslimah berhijab yang ada di dunia ini senantiasa bersyukur atas hijab yang bisa kita kenakan hingga saat ini karena rezeki berhijab bisa kapan saja diambil oleh-Nya.


Banyak cerita manis sekaligus miris kalau kita bicara soal hijab. Saya punya banyak kenalan yang dulunya bahkan sangat kelihatan menolak berhijab (syar'i) tapi kini dia justru menjadi pemandu sorak dakwah hijab terdepan di antara sahabatnya yang lain. Ada juga yang dulu sangat menjaga hijab tapi kini merelakan juntaian rambutnya dinikmati semua orang. Manis dan miris.

Proses memakai dan melepas hijab juga tidak dilakukan dengan cepat (biasanya). Meskipun ada yang benar-benar sudah telak pada putusannya untuk memakai atau melepas dengan total.

Sahabat saya dengan hati yang begitu besar bahkan tak segan-segan bertransformasi dalam hitungan jam untuk mengenakan hijab syar'i setelah merasa mendapat hidayah dalah satu kali mendatangi majlis ilmu (yang tidak ada hubungannya dengan hijab). Kain tipis tembus pandang yang biasa ia gunakan disulap menjadi kibaran khimar tebal dan panjang serta pakaian yang tidak menampakkan lekuk tubuh. Sampai sekarang ia istiqomah mendakwahkan hijab meskipun tantangan dalam keluarganya tidak main-main. Ada juga sahabat saya yang mengenakan hijab syar'i karena termotivasi denganlingkungannya. Pertama yang ia sempurnakan adalah bagian tubuh yang perlu ditutup (kaki dan lekuk tubuh) dengan menggunakan pakaian longgar baru yang terakhir khimar menutupi dada hingga kini menutupi sampai punggung dan perut, Masyaa Allah!. Perlahan tapi pasti.

Proses melepas hijab juga ada di sekitar saya. Sahabat saya (lagi) menngalami fase galau luar biasa mengenai pakaian syurga ini, ia sendiri sebenarnya tidak memiliki pegangan dalam menjaga hijabnya, lingkungan dan penjagaan dari majllis ilmu sama sekalai tidak ada. Lepas-pakai-lepas-pakai-lepas, begitulah prosesnya dan sekaranng ia sudah tidak berhijab. Itu sahabat saya yang memang belum mengenakan hijab syar'i dan tidak didampingi ilmu. Adakah yang sudah berhijab syar'i, sangat taat, lalu melepas hijab? Ada. Bahkan dia dulu aktivis dakwah yang jilbabnya berkibar-kibar menunjukkan kebanggaan dalam mengenakannya, tapi ketika Allah menghendaki maka terjadilah, muslimah itu melepas hijabnya syar'inya, digantikan dengan selembar kain tipis penutup kepala.

Hijab itu rezeki, dan rezeki bisa saja datang dan pergi tanpa disangka-sangka. Maka mari bersyukur atas rezeki yang kita dapati ini.

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.” (QS Ali Imran ayat 8)

Wallahua'lam.
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar