It’s my midnight
blogging, now I have the best way to spend my insomnia time. He he
Beberapa minggu yang lalu saya
membaca sebuah artikel yang dikutip dari sebuah buku yang berjudul ‘Be Smart Patient’. Artikel tersebut
ditulis oleh seorang ibu yang kebetulan juga seorang dokter muda Indonesia dan
tinggal di Belanda bersama keluarganya. Beberapa kali anaknya sakit dan sekian
kali tersebut dokter hanya mengatakan bahwa anaknya baik-baik saja, tanpa
diberi obat atau vitamin. Karena hal itu terus menerus disarankan (padahal
sakit anaknya sangat parah menurutnya) akhirnya ibu itu meminta penjelasan. Bahwa
memang sudah sewajarnya anak mengalami sakit (demam dan gejala ringan lainnya),
jadi penangannya juga sewajarnya saja (tanpa obat, cukup istirahat). Untuk
artikel lengkap bisa baca di sini.
Artikel di atas benar-benar
menggelitik untuk dikomentari karena mengingatkan saya tentang beberapa bacaan
yang sempat terlupakan, salah satu di antaranya adalah The Art of Decision karya Jerry D Gray. Meskipun sebagian besar
buku ini berisi tentang konspirasi USA (Yahudi) dan kekejamannya pada dunia ini
namun pada bagian terakhir ada sebuah pembahasan yang sangat berkaitan dengan
bidang kesehatan, seperti imunisasi, vaksin, dan agenda pembasmian manusia
secara massal. Secara garis besar buku tersebut menjelaskan bahwa vaksin dan imunisasi
merupakan alat pembunuh yang dibungkus sebagai ‘tameng’ penyakit, padahal
dilihat dari bahan penyusunnya jauh dari tujuan itu. Penelitian pun menyebutkan
bahwa sebelum ada vaksin polio jumlah tewas tiap tahun hanyalah 2000 jiwa,
setelah ada vaksin ini jumlahnya menjadi 20.000 jiwa/tahun. Dengan kata lain
justru vaksin dan imunisasi ini hanyalah memperlemah imun tubuh.
Waallahua’lam mengenai keshahihan
informasi dalam buku mantan tentara AU USA itu, untuk amannya memang sebaiknya
kita mulai dari sekarang benar-benar harus lebih jeli lagi sebagai pasien,
jangan terlalu latah untuk meminta obat atau vaksin jika tidak terlalu
dibutuhkan oleh tubuh. Sejak kecil saya sudah terbiasa mengonsumsi obat-obatan,
mulai dari obat untuk penyakit dalam hingga penyakit ecek-ecek seperti demam
dan batuk yang akhir-akhir ini saya ketahui bahwa ada banyak sekali reaksi dalam
tubuh kita salah satunya batuk dan itu sangat wajar tanpa harus diobati. Sekarang
ketika sudah berkeluarga, untuk itu saya kini menerapkan beberapa langkah agar
tubuh kami sekeluarga tidak terkontaminasi banyak obat-obatan dan beberapa
langkah penanggulangan jika sudah sakit.
Bismillah…
Menjaga Semua Asupan

Oleh karena
itu selalu saya minta suami mengingatkan agar tak lupa memindahkan alat-alat
masak ke kontrakan agar saya bisa mengurangi penggunaan bahan makanan instan. Alkhamdhulillah
semua sekarang serba buat sendiri, sayuran segar dimasak dengan bumbu racikan
dari rempah sendiri, lauk pauk pun diolah tanpa tersentuh bumbu-bumbu pabrik. Sungguh,
mencegah penyakit lebih indah daripada mengobati.
Mengganti Stok Obat dengan Apotek Hidup

Saya dan suami
dari kecil dibesarkan di lingkungan pedesaan yang kaya akan hasil alam,
kebiasaan yang orang tua kami terapkan ternyata masih tersisa pada ingatan kami
dan ini berguna. Seperti mengonsumsi air jahe hangat dan pijatan ringan di
sekitar leher, ternyata lebih ampun meredakan pusing dan demam daripada harus
meminum paracetamol .
Mengganti Vitamin dengan Madu
Ini program
yang belum saya jalankan, keinginan memesan madu pada teman masih tertunda. Padahal
sudah gemes gara-gara suami masih suka minum minuman isotonik dan vitamin c
buatan pabrik. Saya yakin bahwa madu adalah obat dan penjaga kondisi tubuh
terbaik. Penyajian madu juga beragam sesuai dengan keinginan. Ini yang membuat
saya hingga kini tetap bersikeras menekan konsumsi suami akan vitamin-vitamin
tersebut dan tengah mengumpulkan uang untuk membeli satu botol tanggung madu
asli.
Tiga hal
sedehana itulah yang saya istiqomahkan untuk menjaga kesehatan diri dan
keluarga di luar berbagai saran Rasulullah (the
best doctor ever). Sebenarnya kalau mau benar-benar sehat ya tidak perlu
repot lho, bahkan tips dari saya ini tidak cukup hebat dari apa yang beliau
pesankan untuk kesehatan kita yaitu madu dan Al Qur’an. Artinya sumber obat
kita adalah madu dan segala tuntutan yang telah disyariatkan pada semua muslim
di dunia ini seperti makan secukupnya, makan yang halal dan thoyib, dan
sebagainya. Jadi, tetap mau jadi konsumen obat akut? He he. Khususnya kepada
para ummahat saya menyeru agar lebih jenius lagi menjaga keluarga dengan
mendekatkan diri kepada syariat Allah.
0 komentar:
Posting Komentar