Jumat, 08 Maret 2013

Kenapa Harus Go Blog?

It isn't go blog in bahasa Indonesia (stupid), it is the nickname for blogging activity. :P

Perkenalkan, saya Meira cewek cupu yang dulu hobinya terkagum-kagum dengan semua hal khususnya blogging. Sejak tahun 2008 sudah berkecimpung dengan aktivitas blogging, karena kepalang suka dengan tampilan akhirnya kepo dan terus-terusan mencoba walaupun akibatnya alay (baca: keseringan buat blog yang isinya hanya curhatan, 1-2 postingan setelah itu ditinggal entah ke mana).
Tahun 2010 kembali aktif karena sedang aktif juga menulis di situs fangirling (fanfiction.net dan fictionpress.com), jadi isinya ya tulisan saya di dua situs itu. Indahnya dunia blogging sekejap langsung saya tinggalkan setelah masuk kuliah (ah!). Insya Allah sekarang harus aktif lagi karena cinta pertama itu sulit dilupakan meskipun sudah banyak cinta-cinta yang lain (baca: twitter, facebook, dan tumblr).

Give thanks to Ummi Ghozi or Mbak MeiDianita, my senior in high school esp debate club.  Semangat ini tumbuh subur karena sering baca keuletan beliau mengelola blog walau sekarang sudah punya buntut Dedek Gege (cium mbem). Sangat menginspirasi, Mi, semakin menemukan alasan kuat kenapa aktivis dakwah seharusnya memiliki portal output/wajihah kebaikan sendiri (halah). Serius deh, jadi kembali diingatkan bahwa dakwah itu sederhana, kita menyampaikan kebaikan saja itu sudah dakwah namanya. Tapi saya akui sih, memang untuk yang tidak terbiasa blogging akan mudah jenuh. Oleh karena itu saya ingin berbagi sedikit alasan bagi diri saya kenapa harus tetap go blog.


Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Saya kembali mencontohkan kakak kelas saya tersebut yang selalu sempat untuk menuliskan aktivitas dan pemikirannya untuk dibaca khalayak. Apa yang dia sampaikan sederhana, tidak menggunakan bahasa yang njelimet, temanya sederhana juga (it’s all about her activities with baby Gege) namun penuh hikmah. Yang saya tahu teman-temannya di kampus sering mampir di blog beliau (termasuk saya). Alkhamdhulillah cewek cupu ini perlahan tercerahkan dan sekarang mulai memberanikan diri untuk terus go blog dalam rangka menebar kebaikan.

Dakwah itu butuh passion, tidak terbatas pula oleh jarak, waktu, bahkan melewati dimensi dunia (baca: dunia nyata dan maya). Siapa dan apa yang bisa mendakwahi orang-orang cupu akut yang kerjanya hanya online setiap jam (baca: manga onliner, kaskuser, blogger), orang-orang seperti ini sangat sulit diajak ikut kajian. Dulu saya merasakan kalau dakwah sungguh berat dan tidak pernah absen menangis. Kini saya tahu sebabnya: saya lupa passion, yaitu dunia internet. Ya tidak bisa dianggap remeh, hampir 60% dulu saya punya –isme isme-an ya dari internet, jadi liberal juga dari internet, belajar menulis berpuluh-puluh cerpen dan cerbung juga dari internet. Ini nih praktik dari teori: dakwah tidak mengubah karakter dan kemampuan dasar muslimah. So here I am. :) Ada yang mau bergabung dengan saya? He he


Latihan Menulis

Suatu ketika aktivitas #melingkar terasa sedikit mencekam untuk saya karena mulai dibahas akumulasi amalan yaumiyah (ibadah rutinan), ada yang unggul di puasa sunah tapi lemah di hafalan, ada yang kuat di hafalan tapi lemah di baca buku, ada yang sering QL tapi jarang sholat rowatib. Dari sekian orang di sana hanya saya yang unggul di dalam karya (tapi keok di beberapa amalan :( ). Saat itu saya sedikit senang mengusili teman-teman, “Ayo dong nuliiiiis, gitu aja kok susah sih kayaknya, bisa curhatan atau apa yang lagi dipikirkan.” Ada yang membalas, “Kamu sih enak bisa nulis.”

Akhirnya saya kembali berpikir, adakah alasan untuk tidak menulis karena ketidakbisaan kita padahal kita sama-sama sudah belajar menulis sejak SD? Ya ya, menulis itu memang butuh A, B, C, D, itu untuk yang mau jadi penulis sekaligus editor, baru nulis satu kalimat sudah buru-buru diedit kalimat yang sumbang, kapan selesainyaaaaa? *dor

Maaf ya, soal ‘menulis dan SD’ tadi bercanda :D tapi untuk yang penulis+editor itu kata-katanya Isa Alamsyah lhoh, penulis hebat!

Untuk yang berpikir menulis itu susah ya memang susah sih. Ini saya pikirkan sebelum TERBIASA menulis. Grogi, kurang pede, begitu tulisan dipublikasikan langsung deh penasaran dengan komentar pembaca. Tulisan pertama saya ada di fanfiction.net, judulnya Blood and Love (alay to the max), karakter anime Naruto (Sasuke dan Sakura). Ada fitur review di sana yang isinya komentar, kritik, dan saran dari pengarng lain. Dari sinilah saya belajar banyak tentang menulis dan bahasa Jepang (plus plus). Tulisan saya dulu norak parah (sekarang norak aja), itu karena saya terus latihan dan tidak tahu malu (sudah tahu jelek tetap dipublikasi—yang penting PD *dor). Alkhamdhulillah sekarang sudah terbiasa menulis seperti halnya saya terbiasa berbicara (baca: cerewet).

Rasanya tidak perlu dijelaskan lagi betapa hebatnya efek dari tulisan, yang buruk saja menggunakan tulisan untuk propaganda (ingat dulu hobi baca novel sesat :( ) masa yang baik-baik kalah. Apalagi untuk teman-teman yang memang berniat menerbitkan buku, keuntungannya besar lhoh (ada di materi seminar Writepreneurship Ust. Hepi Andi). Kita tahu pula jika prosesnya sangat panjang, oleh karena itu latihan juga harus terus diasah mulai dari yang sederhana, yang paling mudah ----> blogging


Obat Galau

Dulu saya suka sekali curhat di blog, apapun, seakan blog menjadi diary umum yang semua orang bisa membaca (terinspirasi dari sebuah fanfiction teman tentang terungkapnya kasus pembunuhan hanya dari blog pribadi—halaaaah). Saya tahu tidak ada yang bisa member penyelesaian jika saya hanya bercerita di blog namun itu seperti mengurangi 70% beban pikiran saya.

Hal yang sama saya selalu tawarkan untuk teman-teman di sekitar, yang galau atau sedang memikirkan sesuatu yang sulit sekali untuk diceritakan. Ungkapkan saja! Katakan kepada orang terdekatmu melalui rangkaian tulisan yang sesuai dengan gayamu, tak perlu mendayu-dayu kalau tak biasa. Insya Allah itu akan lebih bermanfaat daripaa hanya berkicau tidak jelas kemana arahnya, hanya terkesan menuntut tanpa ada solusi.

Banyak teman-teman sesama aktivis yang bingung dan galau mempertanyakan hal-hal di lingkungan yang tidak pernah ketemu ujungnya. Kenapa tidak ketemu ujungnya? Karena mereka hanya berkicau di media sosial yang beberapa hari saja sudah tertimbun tanpa ada penyelesaian. Coba saja mereka benar-benar full of galau lalu mengeluarkan semua unek-uneknya pada tulisan (yang tentunya sudah disensor agar lebih ramah :D) lalu mengirimkannya kepada sesama aktivis, saling berdiskusi tentang kegalauan, insya Allah ketemu ujungnya. Selain itu pula, bisa jadi di perjalanan menulis kegalauan itu kita menemukan jawaban.


Sumber Penghasilan

Kenal Raditya Dika? Arief Muhammad? Alil Susanto? Benazio Rizky? Mereka empat sekawan yang sekarang hidup berkecukupan dan popular karena kesungguhan dan kecintaan dari aktivitas ini. Mereka yang tadinya hanya menulis suka-suka kini sudah menerbitkan buku sendiri yang omzet penjualannya zupeeeer. Kalau bisa dan tahu cara mengolah pun blog bisa menghasilkan dolar dari banyaknya pengunjung. Saya sih belum tahu caranya, tetapi insya Allah lebih suka yang gratisan begini (saya gratis, pengunjung juga gratis, semua senang).









Oke, segitu dulu beberapa alasan mengapa kita (muslimah dan aktivis dakwah) harus melek media karena kebaikan yang ditawarkan bukan hanya untuk diri kita tapi juga orang lain. Insya Allah saya tengah menggarap Tutorial Blogging untuk Muslimah, anggaplah ini tutorial pertama sebelum memulai blogging. Doakan saja ada tutorial berikutnya tentang kontenan blog yang lebih teknis. Terima kasih sudah mampir, salam pejuang pena!!! ^______^



0 komentar:

Posting Komentar