Perkenalkan, saya Meira cewek cupu yang dulu
hobinya terkagum-kagum dengan semua hal khususnya blogging. Sejak tahun 2008 sudah berkecimpung dengan aktivitas blogging,
karena kepalang suka dengan
tampilan akhirnya kepo dan terus-terusan mencoba walaupun akibatnya alay (baca:
keseringan buat blog yang isinya hanya curhatan, 1-2 postingan setelah itu
ditinggal entah ke mana).
Tahun 2010 kembali aktif karena sedang aktif juga
menulis di situs fangirling (fanfiction.net
dan fictionpress.com), jadi isinya
ya tulisan saya di dua situs itu. Indahnya dunia blogging sekejap
langsung saya tinggalkan setelah masuk kuliah (ah!). Insya Allah sekarang harus
aktif lagi karena cinta pertama itu sulit dilupakan meskipun sudah banyak
cinta-cinta yang lain (baca: twitter, facebook, dan tumblr).
Give thanks to Ummi Ghozi or Mbak MeiDianita, my senior in high
school esp debate club. Semangat ini
tumbuh subur karena sering baca keuletan beliau mengelola blog walau sekarang
sudah punya buntut Dedek Gege (cium mbem). Sangat menginspirasi, Mi, semakin
menemukan alasan kuat kenapa aktivis dakwah seharusnya memiliki portal
output/wajihah kebaikan sendiri (halah). Serius deh, jadi kembali
diingatkan bahwa dakwah itu sederhana, kita menyampaikan kebaikan saja itu
sudah dakwah namanya. Tapi saya akui sih, memang untuk yang tidak terbiasa
blogging akan mudah jenuh. Oleh karena itu saya ingin berbagi sedikit alasan
bagi diri saya kenapa harus tetap go blog.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Saya kembali
mencontohkan kakak kelas saya tersebut yang selalu sempat untuk menuliskan
aktivitas dan pemikirannya untuk dibaca khalayak. Apa yang dia sampaikan
sederhana, tidak menggunakan bahasa yang njelimet, temanya sederhana
juga (it’s all about her activities with baby Gege) namun penuh hikmah. Yang saya
tahu teman-temannya di kampus sering mampir di blog beliau (termasuk saya).
Alkhamdhulillah cewek cupu ini perlahan tercerahkan dan sekarang mulai
memberanikan diri untuk terus go blog dalam rangka menebar kebaikan.
Dakwah itu
butuh passion, tidak terbatas pula oleh jarak, waktu, bahkan melewati dimensi
dunia (baca: dunia nyata dan maya). Siapa dan apa yang bisa mendakwahi
orang-orang cupu akut yang kerjanya hanya online setiap jam (baca: manga onliner,
kaskuser, blogger), orang-orang seperti ini sangat sulit diajak ikut kajian. Dulu
saya merasakan kalau dakwah sungguh berat dan tidak pernah absen menangis. Kini
saya tahu sebabnya: saya lupa passion, yaitu dunia internet. Ya tidak bisa
dianggap remeh, hampir 60% dulu saya punya –isme isme-an ya dari internet, jadi
liberal juga dari internet, belajar menulis berpuluh-puluh cerpen dan cerbung
juga dari internet. Ini nih praktik dari teori: dakwah tidak mengubah karakter
dan kemampuan dasar muslimah. So here I am. :) Ada yang mau bergabung
dengan saya? He he
Latihan Menulis

Akhirnya
saya kembali berpikir, adakah alasan untuk tidak menulis karena ketidakbisaan
kita padahal kita sama-sama sudah belajar menulis sejak SD? Ya ya, menulis itu
memang butuh A, B, C, D, itu untuk yang mau jadi penulis sekaligus editor, baru
nulis satu kalimat sudah buru-buru diedit kalimat yang sumbang, kapan
selesainyaaaaa? *dor
Maaf ya,
soal ‘menulis dan SD’ tadi bercanda :D tapi untuk yang penulis+editor itu
kata-katanya Isa Alamsyah lhoh, penulis hebat!
Untuk yang
berpikir menulis itu susah ya memang susah sih. Ini saya pikirkan sebelum
TERBIASA menulis. Grogi, kurang pede, begitu tulisan dipublikasikan langsung
deh penasaran dengan komentar pembaca. Tulisan pertama saya ada di
fanfiction.net, judulnya Blood and Love (alay to the max), karakter anime
Naruto (Sasuke dan Sakura). Ada fitur review di sana yang isinya komentar,
kritik, dan saran dari pengarng lain. Dari sinilah saya belajar banyak tentang
menulis dan bahasa Jepang (plus plus). Tulisan saya dulu norak parah (sekarang
norak aja), itu karena saya terus latihan dan tidak tahu malu (sudah tahu jelek
tetap dipublikasi—yang penting PD *dor). Alkhamdhulillah sekarang sudah
terbiasa menulis seperti halnya saya terbiasa berbicara (baca: cerewet).
Rasanya tidak
perlu dijelaskan lagi betapa hebatnya efek dari tulisan, yang buruk saja
menggunakan tulisan untuk propaganda (ingat dulu hobi baca novel sesat :( ) masa yang baik-baik kalah. Apalagi untuk teman-teman yang memang
berniat menerbitkan buku, keuntungannya besar lhoh (ada di materi seminar
Writepreneurship Ust. Hepi Andi). Kita tahu pula jika prosesnya sangat panjang,
oleh karena itu latihan juga harus terus diasah mulai dari yang sederhana, yang
paling mudah ----> blogging
Obat Galau
Dulu
saya suka sekali curhat di blog, apapun, seakan blog menjadi diary umum yang
semua orang bisa membaca (terinspirasi dari sebuah fanfiction teman
tentang terungkapnya kasus pembunuhan hanya dari blog pribadi—halaaaah). Saya tahu
tidak ada yang bisa member penyelesaian jika saya hanya bercerita di blog namun
itu seperti mengurangi 70% beban pikiran saya.
Hal yang
sama saya selalu tawarkan untuk teman-teman di sekitar, yang galau atau sedang
memikirkan sesuatu yang sulit sekali untuk diceritakan. Ungkapkan saja! Katakan
kepada orang terdekatmu melalui rangkaian tulisan yang sesuai dengan gayamu,
tak perlu mendayu-dayu kalau tak biasa. Insya Allah itu akan lebih bermanfaat
daripaa hanya berkicau tidak jelas kemana arahnya, hanya terkesan menuntut
tanpa ada solusi.
Banyak teman-teman
sesama aktivis yang bingung dan galau mempertanyakan hal-hal di lingkungan yang
tidak pernah ketemu ujungnya. Kenapa tidak ketemu ujungnya? Karena mereka hanya
berkicau di media sosial yang beberapa hari saja sudah tertimbun tanpa ada
penyelesaian. Coba saja mereka benar-benar full of galau lalu mengeluarkan
semua unek-uneknya pada tulisan (yang tentunya sudah disensor agar lebih ramah
:D) lalu mengirimkannya kepada sesama aktivis, saling berdiskusi tentang
kegalauan, insya Allah ketemu ujungnya. Selain itu pula, bisa jadi di
perjalanan menulis kegalauan itu kita menemukan jawaban.
Sumber Penghasilan
Kenal
Raditya Dika? Arief Muhammad? Alil Susanto? Benazio Rizky? Mereka empat sekawan
yang sekarang hidup berkecukupan dan popular karena kesungguhan dan kecintaan dari
aktivitas ini. Mereka yang tadinya hanya menulis suka-suka kini sudah
menerbitkan buku sendiri yang omzet penjualannya zupeeeer. Kalau bisa dan tahu
cara mengolah pun blog bisa menghasilkan dolar dari banyaknya pengunjung. Saya sih
belum tahu caranya, tetapi insya Allah lebih suka yang gratisan begini (saya
gratis, pengunjung juga gratis, semua senang).
Oke,
segitu dulu beberapa alasan mengapa kita (muslimah dan aktivis dakwah) harus
melek media karena kebaikan yang ditawarkan bukan hanya untuk diri kita tapi
juga orang lain. Insya Allah saya tengah menggarap Tutorial Blogging untuk Muslimah, anggaplah ini tutorial
pertama sebelum memulai blogging. Doakan saja ada tutorial berikutnya
tentang kontenan blog yang lebih teknis. Terima kasih sudah mampir, salam
pejuang pena!!! ^______^
0 komentar:
Posting Komentar