Sabtu, 16 Februari 2013

Belajar Dari Siapa?


"Belajar dari siapa sih Mas?" tanya saya ke suami dalam suatu perjalanan Bogor-Tangerang naik motor.
"Apanya?" dia malah balik bertanya.
"Iya ini, perasaan baru sebentar tinggal di Bogor tapi udah tahu jalan-jalan tikus, Tangerang juga, nggak takut nyasar?" andai saya bisa lihat ekspresi wajahnya saat itu, tapi dari caranya tertawa saya pikir ia tengah berpikir keras kenapa bisa ia punya istri macam ini.
“Ya coba-coba aja, selama masih ada uang, hape, dan bisa ngomong kenapa nggak?”
“Iya juga ya.”



*****

Di hari yang lain saya beres-beres kamar, di lemari suami ada tumpukan kertas-kertas yang isinya tentang AD/ART berbagai macam kampus besar di Indonesia. Kertas-kertas itu terlihat sudah sangat sering dibaca, banyak bagian yang distabilo tanda bahwa bagian tersebut penting. Saat itu suami sedang ke belakang, setelah masuk kamar saya tanya ke dia, “Punya Mas semua ini?”
“Iya, udah hapal semua itu.”
‘Pantesan cadas banget tiap kali ngomongin AD/ART kampus sendiri, bacaannya beginian.’ Omel saya dari dalam hati (lagi), teringat setahun lalu ketika kami duduk bersama dengan yang lain membahas konstitusi kampus.

*****

Sudah hampir seminggu saya mual-mual, masuk angin, tapi suami minta untuk periksa ke dokter. Sepulang dari dokter ia mengajak saya untuk mampir sebentar ke penjual majalah di pinggir jalan setelah berhari-hari mencari majalah IT kesayangannya tidak ketemu. Akhirnya ia membeli satu tabloid saja karena memang tidak ada majalah yang ia mau. Saya kenal dia dari SMA, memang dia punya passion di bidang IT, khususnya software dan aplikasi tertentu. Tapi tidak tahu kalau sumber informasi dia dapatkan bahkan dari majalah-majalah seperti itu.
“Mas mau beli tabloid ini? Emang mau beli smartphone?”
“Enggak sih, tapi kita nggak akan pernah rugi Dek kalau dapet informasi apapun, termasuk ini.”

*****

Memang, No Excuse untuk segala keterbatasan. Saya jadi berpikir bahwa sebnarnya apa-apa yang dilakukan orang hebat di luar sana adalah hal-hal sederhana yang sebelumnya tidak sempat (atau tidak mau) dicoba. Sebagai muslim kita harus yakin bahwa Allah telah memberikan segala petunjuk untuk hidup tinggal bagaimana kita memetik hikmah dan mempelajarinya.




Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar