Ini pertama kali saya menulis
dengan tema kesehatan. Ada semacam dorongan untuk segera menyebarkan informasi
ini kepada teman-teman yang sudah dan akan jadi ibu agar tidak salah langkah
dalam menangani penyakit cacar air.
Saya sendiri belum pernah
mengalami cacar air semasa balita, baru saat dewasa penyakit itu mampir dan
mebuat saya benar-benar kualahan. Awalnya nyeri sendi, pinggul dan tulang
belakang serasa mau patah, panas, dan pusing dalam waktu yang bersamaan.
Saya
kira itu cuma kelelahan biasa karena beberapa hari setelah lebaran aktivitas
mulai padat kembali. Jadi saya cukup minta sama ibu untuk dibelikan parachetamol untuk mengurangi rasa sakit. Eh, nggak
tahunya selang sehari ada ruam-ruam di kulit, panas semakin tinggi, ditambah
saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju Bogor dengan bis ber-AC. Alhasil,
selama tiga hari terakhir ini saya hanya bisa terkapar di atas tempat tidur dan
melalukan aktivitas di dunia maya saja.
Beberapa teman dekat saya sudah
uring-uringan sejak hari pertama sakit untuk segera ke dokter agar dapat
pertolongan cepat. Tapi saya masih ngeyel untuk tetap bertahan dan hanya
menjaga kondisi tubuh dengan makan tepat waktu dan parachetamol. Bukannya tak mau ke dokter, tapi untuk berjalan saja
punggung saya benar-benar sakit.
Puncak kengeyelan saya luntur
seketika saat ada seorang teman mahasiswa kedokteran yang mengatakan bahwa
kondisi saya ini sepertinya sudah memasuki stage lanjutan dan small pox (cacar) jika lebih parah lagi
akan menyebabkan herpes. Alamaaaak… browsing
sebanyak-banyaknya untuk mencari informasi kesehatan mengenai cacar dan herpes,
kebetulan dapat tulisan dari orang yang dia juga mengalami cacar tingkat
lanjutan dan harus minum obat dosis tinggi. Akhirnya saya putuskan dan paksakan
berjalan ke klinik (dengan bersusah-susah menahan sakit di punggung). Apa yang
dikatakan dokter sama dengan yang saya dapatkan dari kakak saya itu dan
beberapa artikel di internet.
Cacar Disebabkan oleh Virus
Cacar air ditandai dengan
timbulnya bercak merah bergelembung di sekitar tubuh. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Varicella zoster. Oleh
karena itu tidak mempan jika teman-teman membasminya dengan antibiotik biasa,
harus benar-benar antivirus yang ampuh. Dalam kasus saya, telat ke dokter
setelah tiga hari terinfeksi membuat saya terpaksa mendapatkan obat dengan
dosis tinggi sekali, yang biasanya bisa dengan 200 mg kini jadi 400 mg yang
diminum tiap 6 jam.
Jangan Menyamakan Kondisi Semua
Pengidap
Daya tahan tiap orang
berbeda-beda, demikian halnya reaksi tubuh tiap orang terhadap penyakit ini.
Ada yang tetap bisa beraktivitas layaknya tidak sakit, ada juga yang
benar-benar drop. Cerita satu orang
yang pernah kena cacar pn berbeda degan yang lainnya. Ada yang sembuh dengan
hanya minum air kelapa, ada yang sembuh dengan didiamkan saja, ada juga yang
sampai ke tahap herpes walau sudah
diobati stage varicella-nya. Kenapa
berbeda-beda? Karena respon ketahanan tubuh tiap orang juga berbeda. Saat saya
terserang virus tidak menutup kemugkinan bahwa saat itu kondisi tubuh saya
benar-benar sedang tidak fit, makanya virus mudah membuka jalur invasi di tubuh
ini. Tak heran juga kalau sampai ada orang yang pernah kena cacar tapi bisa
kena lagi karena tubuhnya sedang dalam kondisi lemah. Daaaaaan… jelas sekali kan
inilah alasan untuk tidak memukul rata perlakuan terhadap penderita.
Periksakan, dokter yang lebih tahu penyakit.
Jaga Agar Tubuh Tidak Lembab
Saya nyaris ingin menonjok wajah
si dokter ketika mengatakan ‘lepas saja jilbabnya’. Lama-lama mengerti juga
kalau yang dimaksud melepas jilbab itu ketika ada di dalam rumah. Sebelumnya
dia memandangi saya dari atas ke bawah, masker dan jaket, barangkali ia mengira
keseharian saya begitu dan tanpa ampun memerangkap keringat dan panas di dalam.
Yah, intinya dokter mengimbau agar saya benar-benar memastikan bahwa tubuh
dalam keadaan kering dan tidak lembab, baju longgar, tidak berkeringat-keringat
karena virus akan berkembang di inang yang lembab. Disarankan juga agar tetap
mandi menggunakan cairan antiseptik. Tapi banyak juga yah yang menyarankan
untuk tidak mandi? Hm…. Saya sih mikirnya begini: nggak mandi = kotor =
virusnya bahagia, hyyyy…
Alhamdhulillah, ketika tulisan
ini selesai dibuat kondisi sudah lebih baik, sudah tidak demam dan pusing efek
obat dan pertolongan Allah ofkorz…;)
Semoga yang saya bagikan ini bisa membuat teman-teman para ibu dan calon ibu untuk berpikir ribuan kali sebelum memberikan penanganan biasa (menurut pendapat orang yang bukan ahlinya) terhadap penderita cacar air. Bagaimanapun juga pemeriksaan medis adalah keputusan terbaik bukan sekadar menerka-nerka obat sendiri.
Semoga yang saya bagikan ini bisa membuat teman-teman para ibu dan calon ibu untuk berpikir ribuan kali sebelum memberikan penanganan biasa (menurut pendapat orang yang bukan ahlinya) terhadap penderita cacar air. Bagaimanapun juga pemeriksaan medis adalah keputusan terbaik bukan sekadar menerka-nerka obat sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar