Kamis, 30 Agustus 2012

Cacar Air Lalu Herpes???



Ini pertama kali saya menulis dengan tema kesehatan. Ada semacam dorongan untuk segera menyebarkan informasi ini kepada teman-teman yang sudah dan akan jadi ibu agar tidak salah langkah dalam menangani penyakit cacar air.

Saya sendiri belum pernah mengalami cacar air semasa balita, baru saat dewasa penyakit itu mampir dan mebuat saya benar-benar kualahan. Awalnya nyeri sendi, pinggul dan tulang belakang serasa mau patah, panas, dan pusing dalam waktu yang bersamaan.
Saya kira itu cuma kelelahan biasa karena beberapa hari setelah lebaran aktivitas mulai padat kembali. Jadi saya cukup minta sama ibu untuk dibelikan parachetamol  untuk mengurangi rasa sakit. Eh, nggak tahunya selang sehari ada ruam-ruam di kulit, panas semakin tinggi, ditambah saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju Bogor dengan bis ber-AC. Alhasil, selama tiga hari terakhir ini saya hanya bisa terkapar di atas tempat tidur dan melalukan aktivitas di dunia maya saja.
 
Beberapa teman dekat saya sudah uring-uringan sejak hari pertama sakit untuk segera ke dokter agar dapat pertolongan cepat. Tapi saya masih ngeyel untuk tetap bertahan dan hanya menjaga kondisi tubuh dengan makan tepat waktu dan parachetamol. Bukannya tak mau ke dokter, tapi untuk berjalan saja punggung saya benar-benar sakit.

Puncak kengeyelan saya luntur seketika saat ada seorang teman mahasiswa kedokteran yang mengatakan bahwa kondisi saya ini sepertinya sudah memasuki stage lanjutan dan small pox (cacar) jika lebih parah lagi akan menyebabkan herpes. Alamaaaak… browsing sebanyak-banyaknya untuk mencari informasi kesehatan mengenai cacar dan herpes, kebetulan dapat tulisan dari orang yang dia juga mengalami cacar tingkat lanjutan dan harus minum obat dosis tinggi. Akhirnya saya putuskan dan paksakan berjalan ke klinik (dengan bersusah-susah menahan sakit di punggung). Apa yang dikatakan dokter sama dengan yang saya dapatkan dari kakak saya itu dan beberapa artikel di internet.



Cacar Disebabkan oleh Virus

Cacar air ditandai dengan timbulnya bercak merah bergelembung di sekitar tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella zoster. Oleh karena itu tidak mempan jika teman-teman membasminya dengan antibiotik biasa, harus benar-benar antivirus yang ampuh. Dalam kasus saya, telat ke dokter setelah tiga hari terinfeksi membuat saya terpaksa mendapatkan obat dengan dosis tinggi sekali, yang biasanya bisa dengan 200 mg kini jadi 400 mg yang diminum tiap 6 jam.


Jangan Menyamakan Kondisi Semua Pengidap

Daya tahan tiap orang berbeda-beda, demikian halnya reaksi tubuh tiap orang terhadap penyakit ini. Ada yang tetap bisa beraktivitas layaknya tidak sakit, ada juga yang benar-benar drop. Cerita satu orang yang pernah kena cacar pn berbeda degan yang lainnya. Ada yang sembuh dengan hanya minum air kelapa, ada yang sembuh dengan didiamkan saja, ada juga yang sampai ke tahap  herpes walau sudah diobati stage varicella-nya. Kenapa berbeda-beda? Karena respon ketahanan tubuh tiap orang juga berbeda. Saat saya terserang virus tidak menutup kemugkinan bahwa saat itu kondisi tubuh saya benar-benar sedang tidak fit, makanya virus mudah membuka jalur invasi di tubuh ini. Tak heran juga kalau sampai ada orang yang pernah kena cacar tapi bisa kena lagi karena tubuhnya sedang dalam kondisi lemah. Daaaaaan… jelas sekali kan inilah alasan untuk tidak memukul rata perlakuan terhadap penderita. Periksakan, dokter yang lebih tahu penyakit.


Jaga Agar Tubuh Tidak Lembab

Saya nyaris ingin menonjok wajah si dokter ketika mengatakan ‘lepas saja jilbabnya’. Lama-lama mengerti juga kalau yang dimaksud melepas jilbab itu ketika ada di dalam rumah. Sebelumnya dia memandangi saya dari atas ke bawah, masker dan jaket, barangkali ia mengira keseharian saya begitu dan tanpa ampun memerangkap keringat dan panas di dalam. Yah, intinya dokter mengimbau agar saya benar-benar memastikan bahwa tubuh dalam keadaan kering dan tidak lembab, baju longgar, tidak berkeringat-keringat karena virus akan berkembang di inang yang lembab. Disarankan juga agar tetap mandi menggunakan cairan antiseptik. Tapi banyak juga yah yang menyarankan untuk tidak mandi? Hm…. Saya sih mikirnya begini: nggak mandi = kotor = virusnya bahagia, hyyyy…


Alhamdhulillah, ketika tulisan ini selesai dibuat kondisi sudah lebih baik, sudah tidak demam dan pusing efek obat dan pertolongan Allah ofkorz…;)

Semoga yang saya bagikan ini bisa membuat teman-teman para ibu dan calon ibu untuk berpikir ribuan kali sebelum memberikan penanganan biasa (menurut pendapat orang yang bukan ahlinya) terhadap penderita cacar air. Bagaimanapun juga pemeriksaan medis adalah keputusan terbaik bukan sekadar menerka-nerka obat sendiri.


Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar