Ketika maksudmu tak dimengerti, ketika apa yang ada
di pikiran kita dan tindak-tanduk ini disalahartikan oleh orang lain
(bahkan oleh sahabat dalam lingkaran kita) akan mengembalikan perkara
pada diri. Sudahkah memberi pengertian??? Sudahkah mereka berusaha
mengerti kita?????? Ketidakmengertian membawa saya pada teori bahwa
beginilah kondisi di mana kepercayaan antarsaudara pada titik mendekati
nol.
Memang tidak enak saat kita mengetahui lebih dulu
sebelum teman-teman seperjuangan. Ibarat kata, mungkin saja sekarang
kita sudah hamper matang sedangkan yang lain masih mentah, suatu ketika
mereka matang sedangkan kita sudah membusuk. Mungkin juga apa yang saat
ini kita rencanakan dan lakukan tidak dapat menyentuh pikiran mereka.
Tidak ada spekulasi yang bisa membenarkan meskipun apa yang kita niatkan
menurut hati ini adalah bukan tanpa pertimbangan.
Krisis kepercayaan. Salah siapa? Salah kita yang
tidak mau memahamkan atau salah keadaan di mana kita yang (seakan)
menanggung beban semuanya? Bukan waktuya menyalahkan barangkali. Akan
tetapi ada kalanya hati ini begitu lelah menampung anggapan dan
prasangka, dugaan dan fakta argumentatif. Ingin rasanya
berteriak bahwa MAKSUD SAYA BEGINI, tapi itu hanya terkesan pembelaan
saja dan belum tentu mereka mengerti dan mau memahami. Jadi, menerima
anggapan dari orang lain mengenai kita yang begini-begitu ternyata
membutuhkan keikhlasan. Kita harus ikhlas dianggap salah, karena
pada suatu kondisi kitalah yang lebih baik terjatuh daripada banyak
pihak yang terjun bebas, ikut larut dalam masalah yang kita ketahui
lebih dulu. Bisa juga kita yang terlalu berambisi pada pikiran dan
maksud dari tujuan tindakan kita.
Adakah yang bertanya sebatas apa kita harus dipaksa
mengerti seseorang? Sederhana saja. Mengertilah bagaimana latar
belakang dan karakternya, perhatikan apa yang ada di sekelilingnya, dan
ikuti jalan pikirnya melalui sisi-sisi baik yang sengaja ia tunjukkan
pada kita. Kita terlalu mudah menganggap orang lain baik dengan kebaikan
yang ia lakukan sekali di depan mata kita, namun kita juga lebih mudah
menganggap orang lain jahat ketika ia melakukan keburukan sekali.
Terlalu sempitkan pikiran kita untuk merasakan itu lebih jauh?????
0 komentar:
Posting Komentar