Kamis, 07 Februari 2013

Jam Akhwat Oh Jam Akhwat


 “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia” (QS Ali Imran ayat 8)

Sejatinya kebijakan dakwah yang dibentuk hanya untuk kemaslahatan bersama. Fitnah bertubi-tubi yang menyerang kalangan wanita tak ubahnya telah menjadi PR bagi para qiyadhah dakwah (termasuk setingkat kampus yang paling sederhana).
Ketika diberlakukan jam malam guna melindungi izzah (harga diri) para akhwat tidak selayaknya penolakan kebijakan tersebut justru dimotori oleh aktivis dakwah sendiri dengan dalih apapun yang berusaha disyar’ikan. Rapat koordinasi, syuro, secara tidak sadar telah dicari-cari rukhsoh yang sama sekali tidak dapat dibenarkan.

Tidak cukupkan berbagai teguran dari Allah mengenai hal ini? Beberapa waktu lalu ada kejadian-kejadian yang sangat buruk menimpa kaum hawa seperti pemerkosaan di kendaraan umum, perampokan, hingga pembunuhan. Kelompok liberalis mengatakan bahwa ini murni tindak kejahatan. Namun secara logika dan ilmiah tidak mungkin kejahatan terjadi jika tanpa ada pemicu. Dari berbagai analisis masalah, beberapa kasus kejahatan kaum hawa terjadi dengan faktor yang sama yakni: keluar malam, sendiri, dalam keadaan lemah. Akan selalu ada hubungan sebab-akibat dalam tiap masalah.

Terkait kebijakan jam akhwat yang sudah berusaha diberlakukan sejak beberapa tahun terakhir ternyata masih belum mampu memberikan suatu ‘reflek’ otomatis pada diri akhwat-akhwat kebanyakan. Jadi wajar saja ketika kebijakan belum juga membudaya jika komunitas pelopornya (aktivis dakwah akhwat) saja masih belum paham esensi dan menerapkannya.

“Afwan pulang malam (lewat pukul 22.30), tadi habis ada rapat koordinasi.”

“Afwan ya, ba’da isya’ ada syuro dulu.”

“Afwan tadi ngerjain tugas dari dosen.”

“Afwan nggak bisa pulang cepat, nggak enak sama si A.”

Keafwanan mana lagi yang tidak pernah diperdengarkan untuk meringankan segala bentuk pelanggaran jam malam? Sebenarnya jika kita semua sama-sama memahami bahwa waktu 24 jam sudah sangat cukup untuk kita gunakan sebaik-baiknya. Nikmat Allah sudah lengkap. Di mana kebiasaan para generasi tangguh yang mengorbankan waktu ba’da subuh indah dengan syuro. Apakah terasa sulit syuro dan rapat ba’da subuh (sebelum kuliah)? ataukah karena justru pagi hari tersita atas online sampai larut malam?

Alloh berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah juga) ketika Robb kalian mengatakan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka ketahuilah sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih’.” (QS. 14: 7). Dalam ayat yang mulia ini, Alloh Azza wa Jalla memberikan janji kepada para hamba-Nya yang mau bersyukur, sekaligus memberikan ancaman yang keras bagi mereka yang berani untuk kufur kepada-Nya. Dalam hal waktu, adakah cara yang lebih baik mensyukurinya selain dengan memanfaatkan sebaik-baik mungkin?

0 komentar:

Posting Komentar