Senin, 28 Januari 2013

Nikah Otak Kanan

Tertanggal 19 Januari 2013 pukul 11.00 alkhamdhulillah saya telah sah menjadi seorang istri. Proses nikah dimulai pada awal Desember 2012, khitbah tanggal 12 Januari 2013 dan seminggu kemudian akad dan walimatul ursy diselenggarakan. Kilat. Cetar. Bikin kaget. Begitulah komentar dari para sahabat baik dari pihak orang tua maupun kedua mempelai.
Wajar saja, saya masih kuliah, masih 19 tahun, prosesnya sangat cepat, tidak ada hara-huru atau tanda-tanda yang mengarah ke sana. Segelintir orang juga menanyakan mengenai restu orang tua. Masya Allah, begitu banyak pertanyaan yang harus saya jawab agar tidak menimbulkan fitnah, inilah bukti cinta dari para sahabat ^_^.


Alkhamdhulillah, satu kebahagiaan ini terukir dengan begitu indah dan lancar atas izin-Nya. Ada banyak kisah menarik dengan bertumpuk hikmah yang semoga dapat menginspirasi teman-teman yang kini tengah menanti batas waktu itu.


Hari ini gathering teman-teman suami, kebanyakan menagih cerita kami berdua, ya tentang proses awal hingga akad. Saya pun baru tahu kalau ternyata suami sudah memulai proses sejak ia wisuda (Oktober), tetapi baru sampai pada saya bulan Desember yang kemudian saya iyakan. Suami bilang ia menikah dengan cara otak kanan, apa yang berada di depan mata itulah yang dipikirkan dan dikerjakan, soal nanti-nanti dipikir belakangan. Ha!
1. Baru awal Desember dapat jawaban dari saya, 12 Januari sudah datang ke rumah untuk lamaran
2. Janji datang jam 10.00, ternyata macet hingga diundur sampai jam 16.00. Tokoh adat dan para saksi yang diundang bapak saya terpaksa diminta istirahat dulu di rumah masing-masing (ini bikin saya nangis sesenggukan, khawatir sekaligus sebel-sebel gimana gitu sama suami #dor)
3. Suami seumur hidup tidak pernah melihat orang lamaran ataupun menikah, jadi tidak tahu kalau lamaran dalam budaya jawa harus ada seserahan yang berisi baju, sandal, jilbab, uang, dll, akhirnya semua itu disiapkan sambil jalan (beli di pasar dekat rumah saya). Dinar yang rencananya hendak dijadikan mahar malah ikut masuk amplop menjadi seserahan.
4. Lamaran hanya singkat, hanya menentukan tanggal akad tanpa basa-basi membahas resepsi...cetar...semua orang  (termasuk tokoh adat dari pihak beliau) di sana kaget ketika suami mengajukan tanggal 19 Januari 2013
5. Dua hari setelah lamaran (khitbah) baru deh saya menanyakan hal tentang resepsi nikah. Opsi yang ditawarkan keluarga besar adalah akad dulu baru resepsi beberapa blan kemudian, tapi saya dan ibu sepakat bahwa akad sekalian dengan resepsi sederhana saja. Akhirnya disetujui, tetapi dengan catatan harus meriah karena orangtua saya punya rekan sangat banyak. Kali ini saya mengalah, fix: tamu undangan 500 orang, hari Kamis dan Jumat sebar undangan, Sabtu akad jam 11.00 dan resepsi sampai 20.30. Jadi maaf ya untuk segala 'kemendadakan' undangan karena nikahnya juga super!
6. Alkhamdhulillah sah juga dengan mahar 19 dirham, 1 cincin emas putih seberat 1,9 gram (ini kebetulan juga, belinya H-2 di toko pinggir jalan -_-), dan uang Rp. 201.300,- (sumpah saya susah ngeja nilainya waktu akad)
7. Paginya saya sudah dibawa kabur ke rumah orangtua suami...
8. Sampai sekarang saya masih hidup seperti anak kost single ulala biasa... belum ada rumah, tapi isi rumah insya Allah sudah lengkap (dari kado teman-teman). Ketemu suami tiap malam minggu, mirip-mirip pacaran setelah nikah gitu deh. Sambil jalan, suami tetap ikhtiar...saya pun menikmatinya, yang penting sudah halal, prinsip kami sih begitu, soal kewajiban dan hak, insya Allah dapat dijalankan dengan baik meskipun tertunda hunian bersama...


Di atas kronologi Nikah Otak Kanan suami saya, gila, cetar, super,  tetapi saya menyukainya! Dari kegilaan yang kami alami terselip ratusan hikmah yang semakin mendekatkan kami pada Allah, semakin ingin menangis haru atas dosa-dosa yang telah kami lakukan namun tetap saja diberi pertolongan oleh-Nya.


Restu Orangtua
Saya sudah meminta restu sejak Februari 2012 untuk menikah dini sebelum lulus kuliah, alasannya sederhana: saya ingin dilindungi. Tidak banyak kata-kata untuk mendapatkan restu ibu, beliau sudah memahami dan justru ingin saya segera menikah jauh sebelum saya meminta izin. Namun untuk bapak belum berani, sehingga dipending hingga Desember 2013 sekalian setelah ada ikhwannya. Jadi izin menikah tidak sekaligus, belum ketemu jodoh sudah minta izin duluan, sudah diangsur setahun sebelumnya. Suami pun katanya sudah minta izin untuk menikah sebelum wisuda, namun ditunda hingga lulus. Setelah tiba waktunya, pasangannya sudah ada, baik saya maupun suami sama-sama memintakan restu ke orangtua masing-masing. Alkhamdhulillah langsung disetujui tanpa ada banyak pertimbangan ^_^. Ini kemudahan nikah yang pertama.


Timing
Awalnya suami berencana menikah sekitar bulan Maret (baru dapat cuti setelah Maret), tetapi saya katakan lebih baik tidak perlu dilanjutkan kalau harus menunggu selama itu. Setelah fix tanggal suami meminta izin langsung pada manajer, alkhamdhulillah diberi cuti LIMA hari, sehingga dapat mempersiapkan segalanya lebih optimal.Tanggal 19 Januari ini juga teman-teman yang kuliah di kampus lain memiliki kesempatan untuk hadir di pernikahan kami.


Rezeki
Sebagian besar orang takut menikah karena belum ada rezeki. Alkhamdhulillah Allah memudahkan orang yang menikah dengan jalan apapun. Usaha orangtua suami sedang sangat baik, panen di perkebunan kopi dan lainnya sedang baik sehingga biaya pernikahan dapat dituntaskan tanpa harus berhutang.


Administrasi
Siapa sangka, ketika restu yang diminta suami kepada bapak beliau hanya lewat ponsel justru membuat bapak gerak aktif mengurus semua administrasi pernikahan. Tanggal 12 Januari semua surat nyaris beres dan bisa langsung diserahkan pada bapak saya untuk tahap finishing. Alkhamdhulillah tanpa proses yang panjang dan rumit tanggal 19 Januari kami sudah berpose dengan buku nikah yang sah. Kali ini Allah memudahkan kami lewat bapak mertua saya yang tanggap dan cepat!


Dan masih banyak lagi hikmah lainnya yang seharusnya mengingatkan kita semua bahwa Allah akan selalu memudahkan bagi mereka yang menikah. Inilah yang membuat kami berdua begitu tenang menjalani proses pernikahan hingga kini telah sah meskipun belum bisa sepenuhnya tinggal di rumah sendiri. Biarkan semuanya mengalir, selama tidak ada larangan untuk seperti ini kenapa harus dipermasalahkan. Kami berusaha untuk kembali pada Asholah. Demikian laporan singkat atas satu kebahagiaan besar kami berdua. Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh sahabat yang sudah mendoakan atas segala yang baik sehingga nikmat Allah tak pernah berhenti mengalir pada rumah tangga kami yang baru ini. Mohon terus doa tulus sahabat sekalian, semoga kami bisa melahirkan generasi yang lebih baik dari orangtua mereka. Aamiin.



Categories: , ,

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum wr,wb..
    barakallah ya adikku meira dan sahabat seperjuangaku Yadi,, ^^ senang deh akhirnya ada yang menyusul juga hehe
    baca ceritanya hampir sama dengan ceritaku,, aku malah gak tahu siapa suamiku tiba2 lamaran dan akad nikah dalam hari yang sama..
    wah kokonya barakallah deh..

    BalasHapus