Sabtu, 02 Juni 2012

Sepucuk Surat dari Seorang ‘Kakak’ (Kado Milad ke-17)

Inilah kado milad saya beberapa tahun yag lalu. Ditulis oleh cinta kasih dari kakak virtual saya yang sampai sekarang belum pernah bertemu.

Suatu hari kita tak pernah saling mengenal dan menilik satu sama lain.
Suatu hari pula, ketika ranting membuat kuncup daunnya, kita tak saling menyapa.
Kita tak pernah tahu akan diri kita sendiri.
Kita bagaikan debu zarrrah yang diciptakan oleh-Nya di dunia yang begitu asing ini.
Surga adalah awal penciptaan kita, di mana akhirnya ruh-ruh itu terselip di badan kita.
Namun, kau dan aku berbeda.

Meski dari satu yang Esa pun, tak pernah terbersit tuk saling menyunggingkan senyum.
Kita bukanlah siapa-siapa.
Lagi, kita memang bukan siapa-siapa. Dan bukan sesuatu yang penting untuk saling berkenal.

Sang Memiliki menurunkan benih-benih debu itu di udara bumi.
Menjadikan kita sebagai suatu makhluk lemah yang tak mampu berbuat apa-apa.
Aku memang terlahir lebih awal darimu tapi ingatlah satu hal wahai ‘adik’.
Kau… Aku… Lima puluh tahun sebelum kita terlahirkan di dalam kefanaan ini,takdir kita telah temaktub jelas.
Bak pelayan setia untuk-Nya. Itulah kita.
Namun, nasib hanya menunjukkan usia yang berbeda.
Kau dan aku… Bersama dengan yang lainnya.
Jadi, wahai ‘adik’, mungkin kau akan bosan mendengar kata-kata kakakmu.
Mungkin kau akan membantah dan mengelak dari kata-katanya.
Namun, sungguh tak ada satupun ‘kakak;’ yang ingin sang ‘adik’ terjerembab dalam lembah nista penghasud penghuni kelak Surga milik-Nya.
Sungguh pun, tak ada ‘kakak’ menginginkan tangis sang ‘adik’ akibat lalainya.
Sungguh tak ada… Tak ada ‘adikku’

Dalam tangis dan do’a ini, Ia mendengar. Ia melihat. Ia menyaksikan ‘kita’.
Kita. Sebagai calon-calon yang kembali ke asal muasal kita sendiri.
Di mana sungai-sungai susu dan air segar mengalir di bawah kaki kita dan istana-istana kubah emas menjadi rumah kita.

Mungkin, ada sebuah pesan di balik usia yang kian bertambah namun terlihat begitu menyedihkan ini.
Kau tahu, ‘adik’? Di setiap tahun berlanjut, setiap itu pula kita akan saling terpisah oleh lingkar cinta-Nya.
‘Kakak’ mungkin sangat menyanyangimu tapi hanya Dia-lah Sang Maha Sempurna yang lebih mencintai dan menyanyangimu.
Maka, bila kelak Sang Rabb memanggilmu lebih dahulu ataupun sebaliknya, tasbih do’a yang kita teguh dalam bibir yang mulai kelu ini mampu menjadi pengantar damaimu tuk bertemu dengan-Nya.
.
.
.
Yakinlah bahwa Allah akan mempertemukan kita dalam keabadian…
Amin Ya Robbal Alamin…
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar