Sabtu, 02 Juni 2012

Abi, Kapan Kita Istirahat???

Cerita ini saya terjemahkan dari ProductiveMuslim, sangat menginspirasi dan jujur justru jadi tamparan buat saya pribadi (bsssssttt). Namanya juga terjemahan, jadi Insya Allah saya ubah ke bahasa a la kita aja ya... Tentang seorang Imam besar ummat ini,  Imam Ahmad bin Hanbal.


Putranya, Abdullah, bertanya kepada ayahnya suatu hari: "Abi kapan kita bersantai?" Ayahnya, sang Imam besar yang merupakan teladan bagi semua Muslim, menatap mata Abdullah dan berkata, "Dengan langkah pertama kita ke Jannah."

Subhanallah... jawaban yang luar biasa!
Seandainya kita yang ditanya begitu, apa iya selintas langsung bisa menjawab seperti Imam Ahmad dengan segala ketawadhu'annya. Ketika kita lelah, kita hanya ingin tidur dan bersantai dan mematikan segala hal yang mengganggu (atau menundanya sebentar). Saat-saat itulah kita biasa mengkritisi dengan pertanyaan, “Dimana aku bisa hidup jika semua ditujukan pada allah dan untuk Allah?” kemudian kita kembali bekerja (setelah istirahat) dengan penuh tenaga. Namun jika kita melihat hidup kita dan memahami kembali bahwa tujuan kita bukan lagi Allah tapi dunia, Astaghfirullah.

Selain dari jawaban Imam Ahmad, hal lain yang mengagumkan adalah cara bertanya Abdullah yang bertanya , "Abi kapan kita bersantai?" Dia tidak menggunakan kata 'saya' dan menggantinya dengan 'kita', meskipun ia ingin bersantai, ia tidak egois dan juga memedulikan kondisi ayahnya. Ini juga menunjukkan bahwa ayah dan anak bekerja keras bersama-sama. Sekali lagi, ketika fokus kita adalah Jannah maka itu tercerminkan dalam keluarga kita, anak, dan orang di sekitar kita serta semua orang bersiap menuju tujuan itu.

Masalah kita hari ini bukanlah karena kita lelah, melainkan adalah ketika kita terlalu banyak istirahat. Kita melakukan segalanya agar kita istirahat. Kita menipu, membatalkan janji, tidak memenuhi janji, berbohong, izin syuro dengan segala bentuk ke-afwan-an, dan sebagainya. Mengapa? Agar kita bisa istirahat. Kita tidak bangun untuk Tahajjud atau bangun untuk Sholat Fajar, kita tidak berpuasa, atau menunaikan haji dan umrah ... semua sehingga kita bisa istirahat. Kita tidak berjalan menuju Masjid atau membuka Kitab Allah untuk bisa memahaminya, semua atas nama, "Saya perlu istirahat!"

Teman-teman, ada banyak relaksasi di mana kita akan pergi, tapi ini bukan saatnya untuk itu. Marilah kita semua bekerja untuk Jannah dan menjadi produktif di jalan Allah, dan bekerja begitu keras hingga suatu hari anak-anak kita akan mendekat dan bertanya: "Abi/Ummi, kapan kita istirahat?" dan kita dapat tersenyum dan menatap mereka lekat-lekat dan berkata, "Ketika kita memasuki Jannah, insyaAllah".


Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar