Kapur putih yang pucat
Terasa penuh warna
Dan pelangi yang enggan datang pun berbinar
Terasa penuh warna
Dan pelangi yang enggan datang pun berbinar
Kertas putih yang pudar
Tertulis seribu kata
Dan kuungkap semua yang sedang kurasa
Dengarkanlah kata hatiku
Bahwa ku ingin untuk tetap di sini
Tak perlulah aku keliling dunia
Biarkan ku di sini
Tak perlulah aku keliling dunia
Karena ku tak mau jauh darimu
***
Bersaudara tak mesti sedarah…
Bersaudara tak harus serumah…
Bersaudara bukan soal daerah…
Karena persaudaraan yg benar adalah atas dasar ukhuwah islamiyyah…
Kita dipersaudarakan oleh Allah yg kita sembah…
Kita bersaudara karena Rasulullah yg menyampaikan hidayah…
Adakah persaudaraan yg lebih indah dari persaudaraan karena Allah?
Bersaudara tak harus serumah…
Bersaudara bukan soal daerah…
Karena persaudaraan yg benar adalah atas dasar ukhuwah islamiyyah…
Kita dipersaudarakan oleh Allah yg kita sembah…
Kita bersaudara karena Rasulullah yg menyampaikan hidayah…
Adakah persaudaraan yg lebih indah dari persaudaraan karena Allah?
***
Berawal dari sebuah formalitas dan berujung pada sebuah ‘candu’.
Semula yang bertemu malu-malu dan enggan untuk saling mengenal pada akhirnya
justru rindu jika tak jumpa. Masih ingat kenangan beberapa bulan lalu ketika
saya dikumpulkan bersama teman-teman satu halaqah. Dengan wajah canggung ini
memaksa untuk bisa mengenal dengan baik beberapa kepala yang hingga sekarang
menjadi bagian dari hati saya.
Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang telah
menjadi arti penting dalam perjalanan dakwah ini (atas izin Allah). Mereka yang
telah rela mencurahkan waktu dan pikiran kadang hanya untuk mendengar dan
berupaya memberi solusi terbaik atas segala mecam qodhoya.
Memang tak mudah untuk merasakan kecintaan seperti ini. Ada banyak
permasalahan dan ujian untuk saya bisa membanggakan ukhuwah penuh kasih sayang
terhadap mereka. Bahkan suatu ketika, lingkaran kami sempat hampir terputus
karena satu sama lain belum saling mengerti dan memahami mengenai urgensi
halaqah, mengapa halaqah itu penting hingga menimbulkan suatu mahabbah (kecintaan) pada saudara seiman.
Pada akhirnya, kini Allah mengabulkan doa saya beberapa tahun silam mengenai
sosok-sosok makhluk-Nya yang akan membantu saya menemukan arti dari sebuah
persahabatan dan cinta karena Allah.
Kepemahaman yang saya dapatkan,
fungsi utama halaqah itu sendiri adalah sebuah tadzkiroh (pengingat yang menampar) melalui materi dari murrobi
atau kultum. Akan ada seperti pengganjal yang cukup berat untuk disingkirkan
ketika masa pertemuan itu ditunda atau memang tidak bisa terlaksana oleh
berbagai alasan. Ketika halaqah hanya diartikan sebatas transfer ilmu, maka
saya yakin kegelisahan macam itu tidak akan terjadi karena sebenarnya kita
sendiri mampu mendapatkan ilmu dari banyak sumber. Maka sebenarnya apa yang
menyebabkan hati-hati ini terikat begitu kuat dan nyaman?
Dan apa-apa yang terjadi pun
sebenarnya tak sebegitu mewah, mereka hanya ikut menangis ketika saya mulai
mengadukan atas ketidakberdayaan dan kealpaan sebagai seorang makhluk, mereka
turut memohonkan keringanan atas dosa-dosa saya, mengingatkan layaknya para sahabat
di berbagai novel roman picisan.
“dan Yang mempersatukan hati
mereka (orang-orang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang
berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka….” (QS. Al-Anfal: 63)
Ternyata itulah bagian dari kekuasaan Allah. Maka tidak ada yang menjamin apakah apa yang kita kehendaki terhadap seseorang atau sosok-sosok akan menjadi bagian dari tautan hati kita tanpa seizin-Nya. Andaikan saya diberikan kemampuan menuliskan rasa cinta saya pada mereka selama tiga hari tiga malam, rasanya itu tidak akan cukup untuk mewakili rasa ini terhadap apa-apa yang mereka ajarkan pada diri lemah di jalan dakwah ini. Inilah kenikmatan yang benar-benar saya dapatkan dari halaqah, namun ini hanya bagian kecil dari banyak hal yang bisa saya tuai.
Rasanya tak perlu lagi keliling dunia untuk mencari-cari makna cinta ketika saya menikmati
kebersyukuran atas limpahan rahmat ukhuwah yang Allah berikan.
Song by Gita G.
The last poetry is someone whose I took his/her article
Song by Gita G.
The last poetry is someone whose I took his/her article

0 komentar:
Posting Komentar