Tengah malam saya dikagetkan
dengan berita kematian sahabat saya di dunia maya karena kecelakaan. Saya mengenalnya
sebagai pribadi yang selalu tenang dalam berbagai persoalan, baik pribadi
maupun keluarga mengingat ia baru saja mendapatkan momongan.
Kecelakaan itu merenggut nyawanya di usianya menginjak 23, meninggalkan suami dan keluarga besarnya di dunia maya seperti saya serta kawan-kawan. Kematiannya jelas menyisakan kesedihan yang sangat mendalam terlebih lagi putranya yang saat ini sedang terluka parah di usianya yang kurang dari dua tahun.
Kecelakaan itu merenggut nyawanya di usianya menginjak 23, meninggalkan suami dan keluarga besarnya di dunia maya seperti saya serta kawan-kawan. Kematiannya jelas menyisakan kesedihan yang sangat mendalam terlebih lagi putranya yang saat ini sedang terluka parah di usianya yang kurang dari dua tahun.
Sedih, bergetar, takut. Itulah yang
saya rasakan di awal waktu membaca berita duka tersebut. Di sisi lain saya
sangat menyayangi almarhummah, saya juga kembali teringat akan satu hal yang
sebenarnya sangat dekat kita semua, kematian. Betapa pun tak ada satu makhluk
yang akan tahu bagaimana ajalnya akan datang, kapan, dan di mana. Semuanya seakan
menjadi misteri yang harus kita ingat sebagai mawas diri.
Hanya Rasulullah yang mengetahui
tanda-tanda kematiannya dan saat itu para sahabat selalu menyempatkan waktu
untuk berkasih-kasih dengan beliau. Lalu apa yang hendak kita alami nanti? Jangankan
menjelang kematian, akankah (dengan kondisi seperti ini) masih ada yang
menangisi ketika jenazah diusung keranda???
Kemaksiatan apalagi yang harus
kita tutupi dan kita bayar dengan segala daya dan upaya? Tangan, kaki, mata,
mulut, tubuh kita bahkan sudah terlalu lelah menemani segala kealahan diri. Mereka
seakan menjerit ingin diistirahatkan saja, padahal hati ini masih berlumpur
dosa. Bagaimana kita bisa begitu tenang menghadapi kematian jika kita sendiri
sadar bahwa amalan-amalan selama ini jauh dari cukup untuk menjemput seni
kematian yang paling indah.
Astaghfirullah…
Ya Allah, Yang Mahabisa
Janganlah Engkau keraskan hati
kami untuk kembali pada-Mu
Jemputlah kami dalam kematian
yang indah
Rapatkanlah hati-hati kami pada
kebaikan-kebaikan akhirat dan dunia-Mu
Limpahkanlah hidayah pada kami
yang hina ini
Ubahlah cuka hati ini menjadi
anggur di kala yang tepat
Tundukkanlah mata ini hingga
kelak terbuka pada sesuatu yang terbaik dari-Mu
Peliharalah mulut kami untuk
hanya menyeru di jalan-Mu
Ikatlah tangan dan kaki ini agar
selalu bekerja dan melangkah atas nama-Mu
Ya Allah, betapa kematian itu
seperti ribuan jarum-jarum yang menusuk nadi
Ampunilah kami, sebelum kematian
itu dating dengan pasti
…dan kumpulkanlah kami pada
barisan orang-orang yang telah Engkau jemput dengan seni yang paling indah,
syahid
0 komentar:
Posting Komentar